Selasa, 04 November 2008

Memecahkan Masalah : Analisis Berfikir Sistem

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selaku individu tentu tidak akan luput dari beragam permasalahan, seakan-akan kenyataan ini telah menjadi satu kesatuan yang telah ditetapkan. Ketidaksiapan kita selaku individu inilah yang justru cenderung menyebabkan timbulnya ragam permasalahan itu sendiri. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, penulis mencoba menganalisis dari sudut pandang berfikir sistem yakni yang ditujukan untuk pemecahan masalah tersebut. Kecendrungan menggunakan kata pemecahan dalam kajian kali ini karena disadari kata memecahkan lebih dapat mewakili dibanding bentuk akar kata yang lain semisal menghindari. Dalam kenyataannya masalah justru tidak dapat dihindari namun harus dipecahkan. Selain hal tersebut pengertian Kamus (KBBI, 2001) untuk kata ini yakni mengatasi atau menyelesaikan, membuat menjadi tidak bersatu atau menceraiberaikan dan membagi-bagi, karenanya penggunaan padanan kata ini penulis rasa lebih tepat untuk pandangan atau analisis berfikir sistem.

Latar belakang kajian kali ini yakni selain tersebut di atas, juga penulis terinspirasi dari buku karya Purnomisidi Hadjisaroso, yakni Total Manajemen Sunnatullah. Disamping itu mata kuliah berfikir sistem penulis rasa dapat diterapkan walau dalam lingkup yang lebih kecil untuk kajian yang diangkat kali ini, dan terakhir kajian kali ini juga terlahir dari hasil membaca buku yang berjudul Petunjuk Hidup Tentram dan Bahagia oleh Dale Carnegie. Demikian pula disadari penulisan kajian kali ini masih jauh dari sempurna. Berikut uraiannya.

Berfikir Sistem

Poernomosidi H. menyamakan arti berfikir sistem dengan menelusuri kerangka berfikir sistem, dan atau tergolong dalam ragam perbuatan berfikir, menurut Beliau menelusuri kerangka berfikir yakni perbuatan berfikir meloncat-loncat yang dilakukan tanpa bantuan sarana, langsung dan hanya mengandalkan perbendaharaan pengetahuan yang dimiliki semata. Ilustrasi untuk pemikiran tipe ini yakni seorang anak yang menaiki tangga, tanpa melalui tahap demi tahap secara berurutan, akan tetapi dengan langsung melewati salah satu atau beberapa tangga sebelumnya. Kedua yakni perbuatan berfikir berurutan, yang dilakukan dengan menelusuri kerangka berfikir sistem -setahap demi setahap- dan dibantu oleh sarana untuk berfikir dan ditunjang oleh panca indera dengan otak sebagai alat berfikir, artinya dalam kerangka berurutan ini seorang pemikir akan kembali menelusuri penyebab secara berurutan sehingga akibat itu terjadi.

Karena hal tersebut di atas maka pengertian kerangka berfikir yang menampung hubungan sebab akibat dapat dijabarkan kedalam dua tindakan yakni: Pertama, mengembalikan atau mengkatagorikan setiap hal yang difikir kedalam bentuk ataupun prosesnya. Kedua, merangkai hal-hal yang difikir dengan menggunakan hubungan masukan-keluaran (input-output).

Dalam tindakan pertama yakni hal-hal yang difikir masih dalam keadaan berdiri sendiri, tidak dihubungkan satu dengan yang lain atau belum terangkai. Dalam tindakan ke dua yakni hubungan masukan-keluaran pada hakikatnya ialah menetapkan status yang dalam hal ini dapat kita katakana sebagai Problem Question (mendalami inti masalah dan datanya) dan Implication Question (potensial masalah yang terjadi sebagai akibat dari masalah sebelumnya) terhadap masing-masing “proses” yang bersangkutan.

Dua Hal Yang Karakteristik

Dikatakan demikian karena keduanya memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain, yakni sebagai berikut : pertama, kepentingan yang menurut kamu Besar Bahasa Indonesia (KBB!, 2001) diartikan sebagai keperluan atau kebutuhan yang menampakkan diri dalam bentuk sederhana yakni keinginan, dan apa yang menjadi syarat atau batasan hal tersebut, sehingga antara keinginan dan syarat atau batasan menghendaki agar sesuatu itu terpenuhi, dalam hal ini pemecahan masalah, karena itulah dibutuhkan hal yang kedua, yakni upaya yang diperlukan untuk memenuhi kepentingan yang terus berputar dalam kehidupan dan berlangsung disekitar dan seumur hidup kita.

Sebagai hal yang difikir keinginan atau yang diinginkan dapat dikembalikan kedalam bentuknya yang sederhana yakni Problem Question dan Implication Question dan “proses” maka yang diinginkan dalam hal ini dapat diistilahkan sesbagai “Sasaran Pemecahan”. Jika keinginan atau yang diinginkan termasuk katagori “proses” maka istilah yang tepat untuk digunakan ialah “Tujuan Pemecahan” dalam hal ini yakni sasaran pemecahan masalah dan tujuan pemecahan masalah.

Hubungan sebab akibat antara sasaran pemecahan masalah dan tujuan pemecahan masalah analog dengan yang berlaku antara problem question dan implication question juga dengan proses. Maka dengan dilibatkannya aspek kepentingan atau keinginan, perbedaan status problem dan implication question membawa kepada tingkat kepentingan atau keinginan, sama-sama diperlukan antara problem question dan implication question dan keduanya berstatus output (keluaran) yakni akan berkedudukan lebih penting daripada berstatus input (masukan). Dalam hubungan itu maka pertama, yang termasuk katagori problem question dan implication question berstatus keluaran (output) disebut sasaran pokok atau sasaran utama. Kedua, yang termasuk katagori problem questin dan implicatin question berstatus input (masukan) disebut sasaran penunjang.

Sebagai hal yang difikir upaya yang diperlukan untuk memenuhi kepentingan atau keinginan dapat dikembalikan dalam bentuk problem question dan implication question ataupun proses, karena merupakan kejadian maka upaya itu dapat digambarkan kedalam bentuk-bentuk kumpulan proses yakni kumpulan proses yang terikat pada tujuan dan kumpulan problem question dan implication question yang terikat pada tujuan. Dengan demikian, maka salah satu pusat dari kumpulan proses yang terikat pada tujuan akan berupa proses pokok dengan sasaran pokok dan sasaran penunjang, sehingga jika ditinjau dari aspek kepentingan atau keinginan tujuan pokok akan lebih panjang dan lebih utama daripada tujuan penunjang.

Dari rumusan di atas maka dapat diketahui tindakan menelusuri kerangka berfikir sistem dari Poernomosidi H. difokuskan pada dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan yang akan memberi hasil berupa “sistem” yang dapat diartikan sebagai suatu petunjuk yakni keinginan atau upaya untuk mencapainya. Karena hal tersebut maka unuk manyatakan keinginan dapat dilakukan dengan istilah tujuan yang mewakili sasaran. Dan untuk menyatakan upaya dapat digunakan istilah masalah dalam hal ini yakni upaya untuk memenuhi keinginan atau kepentingan.

Nampaknya penjabaran berfikir sistem oleh Poernomosidi H. sesuai dengan yang dirumuskan oleh Pritjop Capra dalam bukunya Titik Balik Peradaban yang dirumuskan berfikir sistem sebagai berfikir proses, bentuk dikaitkan dengan proses, interelasi dengan interaksi dan pertentangan-pertentangan disatukan melalui osilasi. Dengan kata lain cara berfikir sistem ini merupakan proses berfikir yang terdiri dari beberapa bagian yang lebih kecil dari bagian tersebut yang secara bersama-sama menjalankan fungsinya untuk merumuskan tujuan dalam hal ini yakni memecahkan masalah.

Pemecahan Masalah

Masalah dalam kerangka berfikir sistem dirumuskan sebagai suatu upaya yang diperlukan untuk memenuhi keinginan dengan kata lain masalah dikenali dalam upaya mengetahui keinginan yang hendak dicapai. Pemecahan masalah dalam kerangka berfikir sistem lebih dikenal dengan istilah metode analisis sistem. Dalam kajian ini kita sebut sebagai analisis berfikir sistem.

Sebenarnya, bentuk analisis berfikir sistem ini telah dirumuskan oleh Ibnu Khaldun dalam Mukaddimah-nya yang mengambil intisari tentang pembangunan sebuah atap untuk dijadikan sebagai tempat bernaung, selanjutnya dengan menggunakan alat berfikir kita akan berpindah dari pemikiran tentang atap ke dinding yang akan menyangganya, selanjutnya ke pondasi yang akan menjadi dasar bagi dinding itu. Menurut Ibnu Khaldun disinilah fikiran akan berakhir, dan pekerjaan tersebut akan dimulai dengan pembuatan pondasi bangunan tersebut, lalu dinding selanjutnya atap. Atap merupakan pekerjaan terakhir dan pada yang demikian inilah terdapat arti kalimat “permulaan pekerjaan merupakan akhir dari fikiran dan permulaan fikiran merupakan akhir dari pekerjaan”.

Hal inilah yang merupakan hakikat kerangka berfikir sistem yakni pemikiran dimulai dari sesuatu yang datang terakhir Di dalam rentetan kausal, sedang pekerjaan dimulai dengan sesuatu yang menjadi permulaan dalam rentetan kausal, dimana pemikiran mencapai puncaknya yang terakhir sekali, tatanan ini diperhitungkan dan tindakan-tindakan manusia berjalan dalam cara yang benar dan teratur.

Analisi Berfikir Sistem

Terdapat beberapa langkah dalam rangka berfikir sistem untuk memecahkan sesuatu masalah yang oleh Dale Carnegie dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yakni apa, mengapa, bilamana, bagaimana, dimana dan siapa. Namun untuk lebih memperjelas penerapan analisis berfikir sistem Di dalam kerangka memecahkan masalah terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, yakni : Pertama menetapkan tujuan yang merupakan upaya untuk memenuhi kepentingan. Al Qur’an menyebutkan bahwa segala sesuatu harus didahului dengan niat, yang merupakan implementasi dari sebuah upaya yang akan datang, direncanakan dan bersifat abstrak. Dengan demikian pencapaian tujuan merupakan proses yang ditentukan oleh input-input pendukung dan do’a yang merupakan usaha untuk dapat menghadirkan kepentingan yang diharapkan.

Hasil dari upaya untuk memenuhi kepentingan inilah yang lazim disebut pemecahan masalah atau sasaran pemecahan masalah. Kedua, penetapan sasaran, yang merupakan kepentingan yang dalam kerangka berfikir sistem terdiri dari kepentingan utama dan kepentingan penunjang. Dikatakan sebagai kepentingan utama jika berada pada pilihan prioritas tertinggi yang harus diadakan atau dihadirkan. Kepentingan bermuara pada apa dan siapa atau dalam bentuk apa wujudanya untuk memenuhi kebutuhan sehingga sasaran pemecahan yang diinginkan dikatagorikan sebagai “hal” yang diinginkan dan bersifat riil, artinya disifati dengan panca indera, sasaran ini biasanya disifati waktu dan situasional.

Hal yang diinginkan dapat pula tidak bersifat riil, dalam arti non materiil, dan hal ini tidak disifati dengan menggunakan panca indera. Ketiga, latar belakang masalah, yang merupakan usaha untuk menggali sebab timbulnya masalah yang dihadapi, detail, lengkap, apa adanya tidak ditutup-tutupi, isinya yakni situasional saat terjadi masalah atau setting kejadian masalah. Keempat, rumusan masalah, yang merupakan upaya untuk menghadirkan sasaran pemecahan masalah yakni dengan menjelaskan bagaimana sasaran itu dapat dicapai pada dataran idealnya sehingga dapat dirumuskan dalam sebuah pertanyaan tentang bagaimana caranya menghadirkan sasaran pemecahan masalah utama. Kelima, timbulnya persoalan yang merupakan ketidaksiapan proses mengartikan, menghadirkan sasaran pemecahan masalah utama, proses melibatkan berbagai fakktor yang berpengaruh pada upaya pencapaian tujuan. Keenam, penyebab timbulnya persoalan, persoalan tentunya didahului oleh adanya penyebab, dengan kata lain adanya hubungan sebab akibat, penyebab ini dapat lebih dari satu karena itulah untuk mengungkap hal tersebut dibutuhkan referensi dari berbagai literatur, atau yang berupa peristiwa sebelumnya, dapat juga dilakukan dengan menggali pengalaman dari orang lain.

Hal ini diperlukan karena sifat kejadian atau proses merupakan suatu pengulangan dan yang harus dicermati dan difahami ialah hasil pengulangannya tidak akan sama persis dengan yang sebelumnya terjadi. Ketujuh, alternative penyelesaian persoalan yang berupa bentuk pilihan dan dapat memberi kebebasan pada kita tentang bagaimana menyelesaiakn persoalan yang muncul, yakni dengan cara menyiapkan variable-variabel yang tidak atau kurang memadai pada faktor yang terdapat persoalan padanya sehingga upaya pencapaian tujuan peyelesaian persoalan dapat tercapai. Kedelapan, langkah penyelesaian persoalan, hal ini berisi pilihan prioritas dari berbagai alternative yang ditawarkan untuk membuat keputusan yang tepat dan hal ini harus didasari pada dampak keputusan yang berpengaruh pada upaya pencapaian tujuan, berjenjang dan terstruktur yakni dapat menjawab dari persoalan utama kepersoalan yang lebih kecil dan penyelesaian disesuaikan dengan keadaan atau situasional sehingga harus bersifat riil dan tepat waktu. Sembilan, rencana tindak lanjut, yang merupakan rangkuman untuk evaluasi hasil keputusan pemecahan masalah yang diambil.

Mengakhiri kajian kali ini yakni uraian yang penulis tawarkan dalam kaitannya dengan tema yang diangkat, menurut Einsten karena disadari bahwa setiap permasalahan yang timbul tidak dapat diselesaikan pada saat atau bertepatan saat masalah itu terjadi.

0 Comments:

© Kontak : Herman_bismillah@Yahoo.co.id